
Memasuki abad 21, pola makan vegetarian telah menjadi pola makan yang mulai banyak dipilih masyarakat seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat pola makan berbasis nabati untuk mengurangi risiko terhadap penyakit degeneratif. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan keuntungan vegetarian dalam menurunkan risiko penyakit kronis dan degeneratif serta menurunkan angka kematian total. Diet vegan rendah lemak yang dilakukan selama setahun dapat meningkatkan masukan unsur-unsur gizi yang dapat mengurangi resiko penyakit kronis seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan beberapa penyakit degeneratif lainnya serta menurunkan unsur makanan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kronis (1,2). Pola makan vegetarian walau memberikan efek yang menguntungkan namun masih banyak anggapan bahwa pola makan vegetarian rentan kekurangan beberapa zat gizi yaitu protein, zat besi , seng, dan vitamin B12. Protein nabati mempunyai protein yang mengandung dalam jumlah kurang satu atau lebih asam amino essensial. Zat besi dalam makanan nabati adalah zat besi non-heme yang proses penyerapannya tergantung pada faktor-faktor luar, seng dapat terhambat penyerapannya oleh fitat dan serat yang banyak pada makanan nabati, sedangkan sumber vitamin B12 sebagian besar berasal dari produk hewani. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan penyakit defisiensi gizi. Penelitian terhadap asupan gizi vegan menunjukkan konsumsi protein dan vitamin B12 yang lebih rendah pada vegan.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa asupan askorbat secara signifikan lebih tinggi pada kelompok vegan tetapi lebih rendah secara signifikan pada asupan vitamin B12. Penelitian terhadap wanita vegetarian di Australia menunjukkan rata-rata kadar feritin pada vegetarian lebih rendah dibanding non-vegetarian tetapi persentase jumlah responden yang kadar feritin di bawah normal sama antara kelompok vegetarian dan omnivora (3-5). Masih sedikit penelitian yang meneliti asupan dan status gizi vegetarian di Indonesia. Di tengah meningkatnya kasus-kasus penyakit degeneratif dan semakin meningkatnya animo masyarakat untuk memilih pola konsumsi vegetarian, penelitian ini sangat penting untuk bisa memberi masukan bagi pemerintah, praktisi kesehatan, dan praktisi vegetarian sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji asupan zat gizi dan status gizi vegetarian serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada komunitas vegetarian di Yogyakarta.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap pelaku pola konsumsi vegetarian yang bertempat tinggal di Yogyakarta dan merupakan anggota organisasi Indonesia Vegetarian Society Yogyakarta pada tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota organisasi Indonesia Vegetarian Society Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu berusia 19-64 tahun, sudah menjadi vegetarian baik vegan maupun laktoovo vegetarian minimal 1 tahun , dan bersedia menjadi responden penelitian. Sementara kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah subjek yang sedang hamil/ menyusui, sedang menderita sakit atau menderita penyakit kronis, atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, alkohol, dan rokok. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus dengan derajat kemaknaan 5%; proporsi anemia pada komunitas vegetarian di Vihara Bodhicitta Maitreya Yogyakarta sebesar 18%; kekuatan uji 95%; dan proporsi perkiraan anemia pada sampel penelitian dengan delta 10% sehingga jumlah responden penelitian sebanyak 102 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis vegetarian sedangkan variabel terikat adalah asupan zat gizi (energi, karbohidrat, lemak, protein, zat besi, seng, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, dan vitamin C) dan status gizi (IMT, kadar serum protein, kadar serum feritin, dan kadar hemoglobin). Sementara variabel luar yang diteliti adalah lama vegetarian. Pengukuran asupan zat gizi dilakukan dengan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ). Pengukuran berat badan subjek menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg. serta pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat microtoice dengan ketelitian 0,1 cm. Kecukupan asupan zat gizi diketahui dengan cara komputerisasi menggunakan program Nutrisurvey dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013. Pengukuran kadar Hb dengan metode photometrik dengan alat photometer. Pengukuran kadar serum feritin dengan metode electrochemiluminescent immunoassay (ECLIA) menggunakan alat Modular E-170. Pengukuran kadar protein total serum dengan metode Calorimetric Assay menggunakan alat Cobas. Data kadar hemoglobin, feritin serum, dan protein total serum dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium Klinik Prodia Yogyakarta. Pengambilan dan preparasi darah subjek dilakukan oleh seorang petugas analis kesehatan dari Laboratorium Klinik Prodia Yogyakarta. Data dianalisis dengan uji t, uji Pearson korelasi, dan uji regresi linear ganda. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dan ijin dari organisasi IVS, persetujuan dari responden berdasarkan formulir informed consent, dan mendapatkan surat kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran Kesehatan Universitas Gadjah Mada .
HASIL
Jumlah responden penelitian ini 102 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok jenis vegetarian yaitu kelompok lakto-ovo vegetarian sebanyak 70( 69%) responden dan kelompok vegan 32 (31%) responden. Berimbang jumlah responden laki-laki dan perempuan dengan kelompok umur 19-64 tahun. Sebanyak 61% responden vegetarian >5 tahun dan 39% vegetarian ≤ 5 tahun. Sebagian besar status sebagai mahasiswa dan karyawan.
REFERENSI : Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No. 4, April 2015

Mantapp
LikeLike