
Penyakit Tidak Menular merupakan penyebab kematian utama di dunia. Pada tahun 2008 tercatat 57 juta kematian, dimana 36 juta atau 63% dari total kematian disebabkan penyakit tidak menular, penyakit kardiovaskular berkontribusi terbesar di banding dengan penyakit yang lain yaitu 48%.(1, 2) Tahun 2008 sebanyak 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung koroner, stroke, penyakit jantung rematik), dimana angka tersebut mewakili 30% dari seluruh kematian, sekitar 80% dari kematian tersebut terjadi pada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah maka pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 20 juta orang akan meninggal akibat penyakit kardiovaskular (khususnya penyakit jantung.(3) Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi penyakit jantung di indonesia 7,2%. Sebanyak 16 provinsi memiliki prevalensi diatas rata-rata prevalensi nasional. Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Provinsi Sumatera Barat Mencapai Posisi kedua tertinggi yaitu 11,3%, setelah Provinsi Nagroe Aceh Darussalam.(4, 5) Kejadian prevalensi hipertensi di Sumatera Barat pada tahun 2013 sebesar 7,6% dan 2013 meningkat menjadi 9,5%. Prevalensi DM di Sumatera Barat sebesar 1,8%, prevalensi dislipidemia 2,88%, prevalensi obesitas 19,7%. Kejadian penyakit diatas cendrung meningkat setiap tahunnya(4, 6) Dengan terus meningkatnya kejadian PJK di Sumatera Barat dari tahun ke tahun membuat penyakit ini mengkhawatirkan karena hampir semua pasien PJK yang berobat ke fasilitas kesehatan sudah dalam komplikasi dengan penyakit lain sehingga risiko PJK akan semakin meningkat.(7) Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control tahun 2011 menyatakan bahwa hipertensi, diabetes mellitus, dan dislipidemia merupakan faktor risiko utama terhadap kejadian penyakit jantung koroner.(2) Sedangkan faktor risiko lain yang dapat dicegah adalah obesitas, merokok, aktifitas fisik yang kurang. Menurut World Heart Federation menyatakan modifiable risk factor adalah hipertensi, merokok, diabetes mel litus, kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat, dislipidemia dan obesitas, sedangkan non-modifiable risk factor adalah umur, jenis kelamin dan riwayat keturunan.(8) Beberapa Penelitian mengenai hubungan antara faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan PJK. Penelitian Yusnidar menyatakan umur, monopouse, hipertensi, pola diet tidak sehat, riwayat DM keluarga merupakan faktor risiko kejadian PJK.(9) Selain itu juga penelitian yang dilakukan Warni menunjukkan bahwa riwayat DM keluarga, dislipidemia, merokok, kolesterol, trigleserida, hipertensi, diabetes, obesitas faktor risiko PJK.(10, 11) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) DR. M. Djamil merupakan rumah sakit umum pusat dimana RSUP DR. M. Djamil sebagai rumah sakit rujukan sumatera bagian tengah. Berdasarkan data rekam medis jumlah pasien rawat inap setiap tahunnya mengalami peningkatan yang sangat bermakna, pada tahun 2011 sebanyak 4339 pasien, 12% diantaranya pasien PJK. Tahun 2012 terjadi peningkatan sebanyak 4.406 pasien, 25% diantaranya pasien PJK. Tahun 2013 sebanyak 4880, 31% diantaranya pasien PJK. Kejadian PJK di RSUP DR. M. Djamil Padang menunjukkan peningkatan yang bermakna dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko modifiable terhadap hubungan hipertensi dengan penyakit jantung koroner di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016.
REFERENSI : Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 – Maret 2017 | Vol. 11, No. 2, Hal. 93-99 http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/280

Sangat bermanfaat
LikeLike